Budidaya menanam
pohon kurma kini menjadi trend baru di Indonesia. Selain pangsa pasar yang
besar, kebun kurma di Indonesia masih sangatlah sedikit. Akan tetapi, para
petani kurma sering dihadapkan kepada pilihan dalam memilih benih kurma,
berasal dari kultur jaringan (Kuljar) atau Biji.
Budidaya kurma dari kuljar atau
biji, sebenarnya kedua cara bisa dilakukan dan baik. Dalam budidaya kurma dari
biji, sebaiknya dilakukan seleksi dalam pemilihan biji agar mulai dari
penyemaian hingga pohon berbuah tidak bermasalah.
Tahapan seleksi untuk kuljar juga
wajib dilakukan yaitu dengan mengetahui dengan pasti pohon indukan awal, agar
tidak salah ketika menanam saat tunas ataupun kelak saat berbuah.
Budidaya kurma dengan sistem
kuljar juga pernah mengalamgi kegagalan di Thailand yang merupakan negara
penghasil Kuljar kurma sub tropis. Hasil pohon kurma kuljar sempat meleset dari
target 3 tahun panen menjadi 6 tahun, dan setelah berbuah namun rasa kurmanya
sepat, dan buah mudah rontok.
Pemilihan induk dalam
pengembangan kuljar juga harus sangat diperhatikan, selain pertumbuhna yang
baik dan cepat, perlu diperhatikan juga rasa buahnya harus manis di fase ruthop
untuk iklim tropis.
Pemilihan benih atau tunas kuljar
kenapa harus ketat, karena harganya yang masih terbilang mahal, mulai dari 2,5
juta per benih/tunasan. Oleh karena itu, sejumlah pakar lebih merekomendasikan para
calon pembudidaya kurma untuk memilih dari biji kurma saja.
Pengembangan dari biji pun harus
beberapa item yang perlu diperhatikan, ulai dari persemaian dan saat buah kurma
dipanen dan berasa manis.
Pembudidaya diharapakan
menseleksi biji berasal dari area /daerah mana yang akan ditanam. Sementara
biji yang banyak tersedia di Indonesia adalah biji yang berasal dari Arab, dengan iklim Arid dan semi Arid, pana dan
terik.
Setelah menanam benih atau tunas
yang berasal dari biji Arab, akan adanya adaptasi tambahan yang diperlukan.
Biji dengan iklim tropis. Hal itu akan memicu potensi re adaptasi yang bisa
bersifat baik atau sebaliknya, tergantung pembudidaya dalam mengurusnya.
Untuk itu, para pakar menyarankan
para calon pembudidaya kurma di Indonesia sebaiknya memilih biji berasal dari
iklim yang sama dengan Indonesia, paling tidak mendekati. Kenapa?, sebab
prinsip dasar dalam menanam pohon kurma adalah untuk menghasilkan buah kurma
yang berasa manis.
Jangan sampai pembudidaya akan
mengalami kerugian karena pohonnya lama pertumbuhannya dan tidak berbuah. Meski
memang sudah ada solusi bagi pohon kurma jantan yang tidak berbuah saat ini
telah bisa diambil niranya.
Pengambilan nira dari pohon kurma
yang tidak berbuah, berbeda cara dengan mengambil nira dari kelapa atau aren.
Pohon kurma yang diambil niranya, dilakukan dengan cara membor pohon kurma
untuk mengalirkan nira kurma.
Menurut pengakuan sejumlah pihak,
nira pohon kurma sangatlah manis dan memiliki berbagai khasiat, dan nira kurma
saat ini masih menjadi komoditas yang langka, namun memiliki prospek yang cerah
untuk dikembangkan.
Biasanya, yang telah dilakukan di
Thailand dan negara Arab lainnya saat akan memproduksi nira kurma itu, mereka
memisahkan pohon kurma jantan setelah diketahui tidak berbuah. Pohon kurma jantan akan diambil niranya dan
bunganya untuk dilakukan penyerbukan (polinasi) kepada pohon kurma betina agar
berbuah.
Prinsip dasar dalam menanam kurma
dari biji, adalah seleksi indukan yang tepat, hal itu untuk menghindari apakah
kurma dari biji sudah melalui proses seleksi biji yang tepat. Berikut metode
praktis dalam seleksi biji kurma.
Pertama, seleksi indukan yang
tepat. Karena tidak semua indukan memiliki kualitas baik, sehingga biji yang dihasilkan tidak akan
menggambarkan keinginan pembudidaya. Pilihlah pohon kurma dengan genotive
superior, dengan cara; tentukan satu kriteria pohon indukan terbaik yang
mencerminkan keinginan pembudidaya, serta berikan coding nomor pada beberapa sampel
pohon indukan tersebut dan mulailah melakukan seleksi dengan skoring tertentu.
Kedua seleksi buah yang baik,
untuk dilakukan penyemaian biji yang baik, cara paling mudah tanpa harus
melihat atau seleksi pohon indukan, adalah melalui buah yang baru panen
diusahan tidak lebih dari dua hari setelah panen, hal ini untuk mengurangi
potensi perubahan tekstur/rasa karena perubahan kondisi buah.
Sumber : DISINI
0 comment:
Posting Komentar