Saat bulan suci Ramadhan, buah
kurma memiliki peran penting dalam tradisi kuliner umat muslim di seluruh
dunia. Kurma menjadi hidangan khas untuk berbuka puasa, meneladani sunnah Nabi
Muhammad yang membatalkan puasanya dengan kurma dan air putih. Masyarakat di
Indonesia juga melanjutkan praktik ini hingga sekarang, menjadikan kurma
sebagai salah satu kekhasan hidangan Ramadhan.
Bisnis dan konsumsi kurma
meningkat drastis pada bulan puasa, meskipun sesungguhnya buah ini tersedia
sepanjang tahun. Para pedagang melaporkan penjualan kurma dapat meningkat
hingga sekitar 50% pada awal bulan Ramadhan dibandingkan hari biasa. Di luar bulan
puasa, kurma tetap dikonsumsi meski tidak seintensif saat Ramadhan, umumnya
sebagai camilan sehat atau pemanis alami. Kurma juga lekat dengan tradisi
oleh-oleh dari Tanah Suci. Para jamaah haji maupun umrah dari Indonesia hampir
selalu membawa pulang kurma sebagai buah tangan sepulangnya dari ibadah
tersebut.
Pohon kurma (Phoenix dactylifera)
asal-usualnya dari kawasan Timur Tengah yang beriklim kering (arid). Tradisi
kuliner kurma diperkirakan masuk ke Nusantara sejak ratusan tahun lalu seiring
jalur perdagangan Asia–Afrika dan penyebaran Islam. Salah satu sumber menyebut
bahwa pedagang dari Mesir lah yang pertama kali membawa kurma ke Indonesia.
Pada masa lalu, kurma biasanya hanya dibawa sebagai komoditas dagang atau
oleh-oleh jemaah haji, dan biji kurma sering dibuang karena dianggap tidak
dapat tumbuh subur di iklim tropis Indonesia.
Meskipun tanaman kurma dapat
tumbuh di wilayah tropis (dikenal sebagai "kurma tropika"), pohon ini
jarang berbuah di Indonesia. Sejarah mencatat pohon kurma pertama di Indonesia
yang berhasil berbuah baru terjadi pada tahun 2004 di halaman Pondok Pesantren
Darussalam, Surabaya. Keberhasilan tersebut memicu minat untuk membudidayakan
kurma secara lokal. Pada 2011, misalnya, varietas kurma tropis asal Thailand
mulai diperkenalkan oleh pelopor petani kurma Indonesia, diikuti proyek
budidaya kurma nasional pada 2012. Bahkan bibit kurma unggul sempat diimpor
dari laboratorium di Inggris pada 2013 untuk pengembangan perkebunan kurma
Nusantara. Meskipun demikian, sampai saat ini budidaya kurma di Indonesia masih
dalam skala sangat terbatas dan belum menjadi sumber produksi massal, sehingga
kebutuhan kurma nasional tetap dipenuhi oleh pasokan impor.
Potensi Ekonomi yang
Menjanjikan
Data Badan Pusat Statistik (BPS)
menunjukkan bahwa impor kurma Indonesia mengalami peningkatan signifikan dalam
beberapa tahun terakhir. Pada 2015, volume impor kurma tercatat sekitar 21 juta
kilogram, dan jumlah ini melonjak menjadi 61,35 juta kilogram pada 2022.
Pemasok utama kurma impor Indonesia antara lain Mesir, Uni Emirat Arab (UEA),
dan Arab Saudi. Bahkan, menurut data Food and Agriculture Organization (FAO)
2022, Indonesia termasuk salah satu importir kurma terbesar di dunia, menempati
peringkat ke-7 dengan volume impor mencapai 61.353 ton. Nilai impor kurma pun
meningkat signifikan menjelang bulan Ramadhan; misalnya, pada Januari 2025
(menjelang Ramadhan), impor kurma Indonesia mencapai 16,43 ribu ton dengan
nilai US$20,68 juta (setara Rp343,23 miliar).
Budidaya kurma di Indonesia
menunjukkan potensi besar, didukung oleh iklim tropis yang memungkinkan
pertumbuhan tanaman ini. Meskipun kurma identik dengan daerah gurun beriklim
kering, beberapa wilayah di Indonesia memiliki kondisi mikroklimat yang mirip
dengan habitat aslinya. Misalnya, Provinsi Riau memiliki iklim panas yang
dianggap menyerupai negara asal kurma. Pohon kurma telah ditanam di Pekanbaru
sejak 2006 dan tumbuh dengan baik. Selain itu, tanah berpasir vulkanik di
Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, juga mendukung pertumbuhan kurma secara
optimal.Kisah sukses petani kurma di Indonesia memberikan inspirasi bagi
pengembangan komoditas ini. Misalnya, Paryoto di Sleman, Yogyakarta, berhasil
membudidayakan kurma di lahan sempit dan mampu menghasilkan panen yang
signifikan. Keberhasilan serupa juga dicapai oleh petani di Pasuruan, Jawa
Timur, yang pohon-pohon kurmanya terus berbuah setiap bulannya, menambah daya
tarik wisata dan meningkatkan perekonomian lokal.
Balai Pengujian Standar Instrumen
Tanaman Palma (BSIP Tanaman Palma), sebelumnya dikenal sebagai Balai Penelitian
Tanaman Palma (Balit Palma), memiliki peran penting dalam pengembangan budidaya
tanaman palma, termasuk kurma, di Indonesia. Sebagai institusi yang memiliki
mandat penelitian tanaman kelapa, kelapa sawit, sagu, aren, pinang, lontar, dan
gewang, BSIP Tanaman Palma berfokus pada perakitan dan perekayasaan varietas
baru, perbanyakan dan penyediaan benih sumber, pengembangan teknologi budidaya,
dan pendampingan peningkatan produktivitas tanaman palma. Pengembangan teknologi
budidaya kurma di Indonesia saat ini mencakup pemilihan bibit unggul, teknik
penanaman yang tepat, serta perawatan intensif. Bibit unggul dapat diperoleh
melalui kultur jaringan yang menjamin kualitas dan jenis kelamin tanaman.
Teknik penanaman harus memperhatikan kondisi tanah yang gembur dan berpasir,
serta jarak tanam yang memadai untuk pertumbuhan optimal. Perawatan meliputi
pemupukan rutin, pengairan sesuai kebutuhan, dan perlindungan terhadap hama
serta penyakit. Penyerbukan manual juga menjadi kunci keberhasilan dalam
menghasilkan buah kurma yang berkualitas.
Untuk kegiatan pemuliaan dan
budidaya, sampai tahun 2025 ini BSIP Tanaman Palma telah mengoleksi 7 varietas
unggul kurma introduksi yakni, Ajwa, Barhee, Medjol, Fard, Khalas, Ghanami, dan
Rashis. Evaluasi juga telah dilakukan pada karakter vegetatif tanaman. Pada
kurma varietas Ajwa dan Sukari, diperoleh hasil kedua varietas tersebut
memiliki daya kecambah mencapai 97- 98
persen. Rekomendasi pemupukan juga terus dilakukan untuk pertumbuhan vegetatif
dan generatif (pembungaan dan pembuahan) pada lahan kering beriklim basah di
Indonesia. BSIP Palma juga terus melakukan pendampingan dan konsultasi
pegembangan kurma di beberapa daerah di Indonesia. Sementara kegiatan
Pascapanen, dilakukan diversifikasi produk dari buah dan biji kurma fase kimri
menjadi minuman fungsional melalui proses enkapsulasi. Hal ini didasari oleh
kandungan komponen bioaktif pada buah dan biji kurma khususnya fase kimri. Pada fase kimri atau saat buah masih berwarna
hijau, buah kurma kaya akan senyawa fenolik seperti asam kafeat, asam galat,
katekin, asam protokatekuat, asam ferulat, dan asam daktilifrat. Selain itu
kaya akan flavonoid termasuk quersetin, mirisetin, luteolin, proantosianidin.
Sedangkan pada biji kurma mengandung polifenol seperti katekin, asam fenolik
seperti asam p-kumarin, dan vanillin.
Manfaat Kesehatan yang
Tidak Diragukan
Bisnis kurma bukan sekadar bisnis
buah, namun juga terlibat makna tradisi dan budaya bagi masyarakat, terutama
kaum muslim. Buah kurma memiliki makna
yang sangat mendalam bagi umat Islam. Sejak ribuan tahun lalu, kurma telah
menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan umat Muslim, baik dalam praktik
keagamaan maupun kehidupan sehari-hari. Nabi Muhammad SAW menganjurkan berbuka
puasa dengan kurma karena kandungan gulanya yang cepat mengembalikan energi
setelah seharian berpuasa. Tradisi tahnik juga menegaskan pentingnya kurma
dalam Islam, di mana bayi yang baru lahir diberikan kunyahan kurma yang
diletakkan di langit-langit mulutnya. Praktik ini diyakini dapat membantu
mencegah hipoglikemia neonatal dan memperkuat sistem kekebalan tubuh bayi.
Kurma telah lama dikenal sebagai
buah yang kaya akan manfaat kesehatan. Kandungan nutrisinya yang melimpah,
seperti karbohidrat, protein, vitamin B kompleks, serta mineral seperti zat
besi, kalsium, dan magnesium, menjadikannya sumber energi alami yang sangat
baik. Selain itu, kandungan serat yang tinggi dalam kurma membantu melancarkan
pencernaan dan menjaga kesehatan usus. Kandungan zat besi yang tinggi dalam
kurma berperan penting dalam pembentukan sel darah merah, sehingga dapat
mencegah anemia. Hal ini sangat penting bagi ibu hamil dan nifas yang
membutuhkan asupan nutrisi tinggi untuk pemulihan pasca-melahirkan. Selain itu,
kurma juga mengandung tanin yang dapat merangsang kontraksi rahim, mempercepat
pembukaan serviks, dan mengurangi perdarahan setelah melahirkan.
Tidak hanya dalam Islam, kurma
juga memiliki tempat istimewa dalam berbagai budaya di Timur Tengah, Afrika
Utara, dan Asia Selatan. Di banyak masyarakat, kurma sering disajikan dalam
acara pernikahan, perayaan, dan sebagai bentuk keramahan kepada tamu. Bahkan,
beberapa daerah kini mulai mengembangkan kebun kurma sebagai bagian dari wisata
religi, seperti yang dilakukan di Desa Babussalam, Rokan Hulu, yang menjadikan
kebun kurma sebagai daya tarik wisata sekaligus sumber peningkatan ekonomi
lokal.
Sumber: DISINI
0 comment:
Posting Komentar